Showing posts with label urban poor. Show all posts
Showing posts with label urban poor. Show all posts

Monday, 8 June 2009

Cidade de Deus - Kota Tuhan

Cidade de Deus atau Kota Tuhan adalah nama perumahan rakyat yang terletak di distrik Jacarepaguá, di pinggiran barat kota Rio de Janeiro, Brazil. Kota Tuhan dibangun tahun 1960 sebagai upaya sistematis menggusur favelas (kampung miskin) dari pusat kota Rio de Janeiro ke pinggiran kota.

Dalam waktu relatif singkat Kota Tuhan, secara ironis menjadi ghetto tempat lahirnya masalah-masalah sosial yang pelik: kemiskinan, pengangguran, kekerasan, dan alienasi. Kota Tuhan menjadi wilayah anonim sekaligus lahan subur bagi budaya kekerasan, yang tumbuh diantara penegak hukum dengan kelompok preman/gang.

cidadededeus
sumber
Kota Tuhan menjadi latar cerita film City of God (2002) karya Fernando Meirelles. Di film ini, kritik terhadap kebijakan site & service, dan diskriminasi; penggusuran rakyat miskin dari kota disampaikan dengan sangat baik.

Monday, 25 May 2009

Slumdog Millionaire - Mutiara dari Kubangan

"Satu dari lima penduduk bumi tinggal di slum ... kampung miskin kota dengan kekurangan akses pada layanan kota dan kemananan tinggal (tenure security)."

Film Slumdog Millionaire (2008) karya Danny Boyle berkisah tentang anak muda yang dibesarkan di salah satu slum terpadat di dunia Dharavi, Mumbai. Film ini bercerita tentang wawasan, optimisme, dan pilihan hidup beberapa anak muda yang tumbuh di tengah segala kekurangan di slum.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan slum; sanitasi, kemiskinan, ekonomi, kejahatan, kekerasan, disajikan sebagaimana novel-novel Daniel Defoe dan Charles Dickens menggambarkan slum di zaman Viktoria dimana slum adalah tempat gelap, kotor, berbahaya, penuh kekerasan; pandangan konservatif yang kerap digunakan sebagai justifikasi bagi penggusuran kampung miskin kota.

Slumdog Millionaire
Kiri: seorang pengasong didepan poster film SM, di Allahabad India. Kanan: demonstrasi di depan rumah akto India, Anil Kapoor yang memerankan pembawa acara kuis di film.

Peluncuran SM mengundang debat panjang lebar tentang slum. Terlepas apakah SM humanis atau sekedar romantisasi slum, sebagaimana buku Planet of Slums, setidaknya SM telah mengangkat isu slum ke ranah budaya populer.

Monday, 20 April 2009

Planet of Slums - Mike Davis

"Membunuh mitos takbertangung-jawab salvasi menolong-diri, menunjukkan siapa yang memakai bot dari kapitalisme sepatu bot"

Planet of Slums (2006) karya Mike Davis memandang slums sebagai proliferasi kaum proletar urban informal sebagai suatu fenomena yang luput, tak terprediksi oleh teori klasik baik Marxisme maupun neoliberal. Buku ini ditutup dengan meditasi provokatif tentang "perang terorisme" sebagai perang antara imperialisme AS dengan rakyat miskin kota.

Dari Kiri-liberal Planet of Slums dipandang sebagai "anti-urban" dan "apokaliptik" (2006 Tom Angotti). Sedangkan menurut David Satterthwaite, Davis awam terhadap inisiatif dan potensi aktivisme lokal terhadap isu kota*, hal yang berseberangan dengan pandangan Manuel Castells dan Marshall Berman. Kerja organisasi rakyat miskin dalam jaringan UPC/Uplink di kota-kota di Indonesia misalnya, tak mendapat tempat dalam buku Planet of Slums.

Mike Davis, yang pernah memprediksi kerusuhan Los Angeles 1992 melalui bukunya City of Quartz, tidak tertarik pada reformasi lokal, tetapi lebih tertarik pada perubahan fundamental dan revolusioner, bersama kapitalisme itu sendiri, melalui kelas menengah global yang lebih berlanjut secara ekologis, dan percaya pada desentralisasi kelas menengah melalui regionalisme sosialis, seperti pandangan Lewis Mumford di masa lalu.

Saturday, 25 October 2008

Makassar's Urban Poor Knows What They Want

Ilham Arief Surajuddin and Supomo Guntur, candidates for Mayor and Vice Mayor of Makassar 2009-2014 pledged:
  • to free Makassar from force eviction and opt for alternative concepts and methods
  • to mediate land conflicts and to provide accessible land titling for the poor
  • to provide accessible and good quality public services
  • to protect the poor's livelihood i.e. hawking, pedicab, and waste picking
  • to plan with environmental concerns and to allow participation
signed in Makassar, Saturday 18 October 2008

The signed contract is the result from the big effort performed by KPRM, the urban poor organization in Makassar, the capital of Indonesian province of Sulawesi Selatan.

KPRM use the local election process to express their interests. A good example of how the urban poor participate in the local democracy.

"no need to mob the council or the mayor's house, I will voluntarily resign if I let down any Makassar's poor" said Ilham in front of thousands audience on the horse race field in Makassar (18/10).

Perpetually, the urban poor is still a desirable vote bank for politicians in Indonesia. However, a political contract such this is promising, can be use to cure democratically elected politicians from their classic pathology: premature amnesia.

ref: Tribun Timur, www.sulsel.go.id, fajar online

Monday, 24 March 2008

SDI on Time Magazine

clipped from www.time.com

Making Over Mumbai

But Mumbai's slum dwellers are suspicious that the plan is a way to force them out of the city. And they are not powerless. Despite government reassurances, they worry that the new seven-story apartment blocks will be built on the city's outskirts, far from where they work and where their kids go to school. Even if the new apartments--which the government promises will be a minimum of 225 sq. ft. (21 sq m) each--are built nearby, residents complain, operating factories seven floors up will be impossible. They are ground-level operators who require lots of interaction with other nearby factories and traders. "The idea is not improving the lot of Dharavi," says Jockin Arputham, the feisty president of the National Slum Dwellers Federation. "It's about how to make money out of Dharavi by selling the land."


blog it