Showing posts with label housing. Show all posts
Showing posts with label housing. Show all posts

Friday, 8 June 2012

"La Haine" dan Banlieues

Banlieue yang terjemaahannya kira-kira pinggiran adalah lokasi bagi perumahan/apartemen Modernis semacam rusun bagi umumnya imigran Afrika utara. Gelombang imigran didatangkan ke Perancis saat rekonstruksi pasca perang. Namun kini generasi ketiga yang tinggal di banlieue masih merasakan perlakuan sebagai warga kelas dua seperti petualangan Vinz, Saïd, dan Hubert dalam film "La Haine" karya Mathieu Kassovitz. Film ini diproduksi tahun 1995 diperbincangkan dan dirilis ulang 10 tahun kemudian di tahun 2005. Saat terjadi kerusuhan di Perancis media menampilkan gambar-gambar yang mengingatkan publik pada adegan-adegan film, sehingga "La Haine" menjadi prognosis bagi peristiwa tersebut.

Henri Lefebvre menyatakan bahwa ruang adalah hasil produksi sosial, Le Corbusier (i.e. penggagas utama perumahan modernis) membuktikan bahwa realita sosial adalah hasil produksi ruang serta keputusan-keputusan perencanaan. Apa yang bisa dipelajari dari perumahan modern dan kerusuhan-kerusuhan di Perancis?

Vinz, Saïd, dan Hubert, generasi terasing Perancis.

Monday, 11 May 2009

Tentang Krisis Subprime

Cerita di Bawah
Wajarnya pemohon kredit KPR wajib untuk menunjukan bukti pendapatan dan riwayat kreditnya. Dengan demikian, bank dapat menjamin kelayakan-kredit (creditworthiness) pemohon. Namun tidak demikian disini, ajuan KPR si Jhon melalui makelar KPR Fanny-Mae begitu saja disahkan. Padahal Jhon masih menganggur dan tidak punya kemampuan mengangsur. Tak perlu pusing kata makelar, dalam 2 tahun Jhon akan bebas dari cicilan! Bagaimana mungkin? Pasar perumahan memang lagi mekar saat itu, keseluruhan stok rumah di pasar harus diserap oleh siapa saja, kucing pun boleh! begitu ibaratnya.

Karena permintaan meningkat otomatis harga rumah naik. Jhon, setelah 2 tahun sejak ambil KPR apa daya, Jhon masih menganggur. Daripada meneruskan KPR, bagaimana jika ambik KPR baru? Ternyata
di seluruh negeri ada jutaan Jhon, penunggak KPR terkelompok melalui ratusan agen-agen KPR.

Cerita di Atas
Pada suatu masa di awal 2000-an di AS, investasi global terkumpul
begitu besar di Wall Street. Tidak pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah investasi orang-orang dan perusahaan sedunia yang menggunung di Wall Street.

Sebagai investor tentunya mereka ingin investasi yang aman: keuntungan stabil dengan resiko sekecil mungkin. Menurut makelar sukuk di Wall Street, yang paling pas bagi investor ini adalah sukuk berbasis KPR. Karena menurut catatan mereka KPR selalu aman dan rumah yang dijaminkan bernilai jual. Maka yang terjadi setelah itu adalah permintaan yang begitu besar akan sukuk berdasar KPR.
Pasar meminta seluruh bank di AS untuk menyediakan sukuk berbasis KPR, dan mengobati kehausan pasar.

Kumpulan KPR yang ditawarkan makelar KPR seperti Fanny-Mae laku keras, dicari oleh bank. Ini mendorong makelar untuk membuat kontrak-kontrak KPR baru dengan nasabah yang samsekali tidak layak kredit, maka kredit ini disebut kredit sub-prima.

Yang Terjadi
Satu saat penggelembungan permintaan rumah ini sampai pada batasnya; tidak ada penduduk tersisa yang bisa ditawari KPR! Permintaan rumah menurun dan harga rumah meluncur bak meteor jatuh. Pada sisi lain terlalu banyak investasi terlanjur tertanam di sukuk berbasis KPR sehingga tidak ada cukup uang beredar untuk menggerakan sektor riil: AS memasuki krisis keuangan.

Selanjutnya, tampak bagaikan domino runtuh, para makelar KPR satu persatu bangkrut, bank harus menyita rumah-rumah, institusi keuangan besar ambruk karenan kegagalan hedge fund. Rumah yang disita tak dapat dijual karena turunnya daya beli. Rumah-rumah ini tak ada yang merawat, rusak, dan terbengkalai.

Pemandangannya sangat ironis, banyak rumah yang rusak terbengkalai, banyak keluarga yang jatuh miskin dan kehilangan rumah. Untuk pertama kalinya mekanisme pengadaan rumah oleh pasar runtuh seketika. Demikian ini adalah pelajaran berharga bagi seluruh dunia, terutama bagi pengambil kebijakan ekonomi dan perumahan.