Monday 21 September 2009

Urbanisme Vernakuler

Urbanisme vernakuler adalah tatanan kota pada masa pra-mobil ia memiliki ciri ramah-pejalan, compact, sehingga efisien dalam menggunakan sumber-daya dan berkelanjutan.

Shibam - Hadramaut - south Yemen by peterpeers. Yemen, Wadi Hadhramaut by richard.mcmanus..
Kota Shibam, Yaman. gambar: peterpeers, richard.mcmanus.

Prinsip-prinsip kota vernakuler bersintesis dengan urbanisme terkini secara ambisius diterjemaahkan oleh biro arsitek Inggris Foster + Partners, menjadi Kota Masdar. Institusi pendidikan terkemuka Massachusetts Institute of Technology juga turut terlibat dalam pengembangannya. Masdar berukuran 6 km persegi dirancang untuk 45-50 ribu penduduk yang bekerja di sektor jasa dan fasilitas manufaktur produk ramah lingkungan. Mobil diharamkan di Masdar, namun ada sistim transit masal dan individual khusus. Serangkaian sistim energi hijau akan diterapkan. Mulai dari tenaga matahari, angin, geotermal, hingga pembangkit bertenaga hidrogen terbesar. Ini hanya sebagian saja dari konsep mutakhir lain dalam hal daur-ulang air dan daur-ulang sampah. Dapatkan nilai-nilai vernakuler direkayasa secara artifisial? Saya cenderung skeptis. Namun waktu yang akan memberi jawaban.

Monday 7 September 2009

Ekologi dan Ancaman Kepunahan

"Terumbu karang dengan banyak ragam ikan lebih sehat ketimbang yang sedikit ragam"

Begitu ditulis di BBC NEWS. Ekologi menjelaskan bagaimana sebuah sistim kehidupan dapat berjalan dan bertahan dalam masa yang panjang. Tingkat efisiensi yang tinggi menjadi rahasia bagaimana sumber-daya yang terbatas dapat dikelola menjadi sebuah siklus daur-ulang, berkelanjutan. Sistim kehidupan ini rumit. Sehingga, ketika secara ceroboh peran satu anggota sistim terpinggirkan, dan terjadi kepunahan, menyebabkan keruntuhan pada keseluruhan sistem.

Ini tidak hanya terjadi pada alam tapi juga pada kota. Kota-kota vernakuler penduduknya terdiri dari beragam ukuran ekonomi sehingga menghasilkan ekonomi yang efisien dan berkelanjutan. Kota dapat eksis selama ratusan tahun. Namun, tidak bagi kota yang ditopang oleh industri-industri besar-padat modal-yang dikendalikan oleh sedikit orang, bagi kota yang dibangun hanya mengikuti kepentingan kelas atas, dan bagi kota dengan haluan ekonomi yang memperbesar jarak penghasilan yang kaya dan yang miskin: neo-liberal. Kota-kota ini miskin keragaman sehingga tidak dapat efisien dalam konsumsi sumber daya, tidak ada daur ulang ekonomi, dan pada akhirnya rentan terhadap perubahan. Yang menjadi kekuatiran, demikian ini adalah gambaran kota Jakarta. Kecenderungan yang tampak sepanjang sejarah modern kota Jakarta.