Monday 25 May 2009

Slumdog Millionaire - Mutiara dari Kubangan

"Satu dari lima penduduk bumi tinggal di slum ... kampung miskin kota dengan kekurangan akses pada layanan kota dan kemananan tinggal (tenure security)."

Film Slumdog Millionaire (2008) karya Danny Boyle berkisah tentang anak muda yang dibesarkan di salah satu slum terpadat di dunia Dharavi, Mumbai. Film ini bercerita tentang wawasan, optimisme, dan pilihan hidup beberapa anak muda yang tumbuh di tengah segala kekurangan di slum.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan slum; sanitasi, kemiskinan, ekonomi, kejahatan, kekerasan, disajikan sebagaimana novel-novel Daniel Defoe dan Charles Dickens menggambarkan slum di zaman Viktoria dimana slum adalah tempat gelap, kotor, berbahaya, penuh kekerasan; pandangan konservatif yang kerap digunakan sebagai justifikasi bagi penggusuran kampung miskin kota.

Slumdog Millionaire
Kiri: seorang pengasong didepan poster film SM, di Allahabad India. Kanan: demonstrasi di depan rumah akto India, Anil Kapoor yang memerankan pembawa acara kuis di film.

Peluncuran SM mengundang debat panjang lebar tentang slum. Terlepas apakah SM humanis atau sekedar romantisasi slum, sebagaimana buku Planet of Slums, setidaknya SM telah mengangkat isu slum ke ranah budaya populer.

Monday 11 May 2009

Tentang Krisis Subprime

Cerita di Bawah
Wajarnya pemohon kredit KPR wajib untuk menunjukan bukti pendapatan dan riwayat kreditnya. Dengan demikian, bank dapat menjamin kelayakan-kredit (creditworthiness) pemohon. Namun tidak demikian disini, ajuan KPR si Jhon melalui makelar KPR Fanny-Mae begitu saja disahkan. Padahal Jhon masih menganggur dan tidak punya kemampuan mengangsur. Tak perlu pusing kata makelar, dalam 2 tahun Jhon akan bebas dari cicilan! Bagaimana mungkin? Pasar perumahan memang lagi mekar saat itu, keseluruhan stok rumah di pasar harus diserap oleh siapa saja, kucing pun boleh! begitu ibaratnya.

Karena permintaan meningkat otomatis harga rumah naik. Jhon, setelah 2 tahun sejak ambil KPR apa daya, Jhon masih menganggur. Daripada meneruskan KPR, bagaimana jika ambik KPR baru? Ternyata
di seluruh negeri ada jutaan Jhon, penunggak KPR terkelompok melalui ratusan agen-agen KPR.

Cerita di Atas
Pada suatu masa di awal 2000-an di AS, investasi global terkumpul
begitu besar di Wall Street. Tidak pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah investasi orang-orang dan perusahaan sedunia yang menggunung di Wall Street.

Sebagai investor tentunya mereka ingin investasi yang aman: keuntungan stabil dengan resiko sekecil mungkin. Menurut makelar sukuk di Wall Street, yang paling pas bagi investor ini adalah sukuk berbasis KPR. Karena menurut catatan mereka KPR selalu aman dan rumah yang dijaminkan bernilai jual. Maka yang terjadi setelah itu adalah permintaan yang begitu besar akan sukuk berdasar KPR.
Pasar meminta seluruh bank di AS untuk menyediakan sukuk berbasis KPR, dan mengobati kehausan pasar.

Kumpulan KPR yang ditawarkan makelar KPR seperti Fanny-Mae laku keras, dicari oleh bank. Ini mendorong makelar untuk membuat kontrak-kontrak KPR baru dengan nasabah yang samsekali tidak layak kredit, maka kredit ini disebut kredit sub-prima.

Yang Terjadi
Satu saat penggelembungan permintaan rumah ini sampai pada batasnya; tidak ada penduduk tersisa yang bisa ditawari KPR! Permintaan rumah menurun dan harga rumah meluncur bak meteor jatuh. Pada sisi lain terlalu banyak investasi terlanjur tertanam di sukuk berbasis KPR sehingga tidak ada cukup uang beredar untuk menggerakan sektor riil: AS memasuki krisis keuangan.

Selanjutnya, tampak bagaikan domino runtuh, para makelar KPR satu persatu bangkrut, bank harus menyita rumah-rumah, institusi keuangan besar ambruk karenan kegagalan hedge fund. Rumah yang disita tak dapat dijual karena turunnya daya beli. Rumah-rumah ini tak ada yang merawat, rusak, dan terbengkalai.

Pemandangannya sangat ironis, banyak rumah yang rusak terbengkalai, banyak keluarga yang jatuh miskin dan kehilangan rumah. Untuk pertama kalinya mekanisme pengadaan rumah oleh pasar runtuh seketika. Demikian ini adalah pelajaran berharga bagi seluruh dunia, terutama bagi pengambil kebijakan ekonomi dan perumahan.