Sunday 25 May 2008

Logika kota

Istilah yang dipinjam dari rekan saya dennis ini mencoba mengemukakan/ menjelaskan fenomena keunikan dari perilaku sebuah kota. Bahwa tiap kota mempunyai caranya sendiri-sendiri untuk bergerak maju dalam lorong waktu. Cara jakarta tentu berbeda dengan bandung atau semarang dan surabaya. Kata 'berbeda' rasanya memang lebih tepat digunakan bila membahas wacana kota karena maknanya yang memberi ruang untuk kenetralan, tidak lebih baik atau lebih buruk.

Kontribusi terbesar dari budaya postmoderen adalah terhapusnya makna marjinalisasi dalam kata 'beda', kalaupun belum sepenuhnya terhapus paling tidak upaya untuk itu ada dan kuat. Merayakan perbedaan adalah buah postmoderen. Dengan menggunakan kacamata ini kita akan terbantu untuk mengambil jarak agar mendapatkan ruang pandang yang cukup untuk membaca kota.

Tanggal 1 februari 2008 lalu jakarta dilanda banjir lagi. Walaupun tidak separah banjir tahun 2007 lalu namun tetap saja cukup menggoncang kehidupan kota. Daerah grogol adalah satu tempat yang tiap kali mengalami kebanjiran. Daerah ini tidak mengenal kecil-besarnya hujan atau kecil-besarnya banjir karena tidak ada pengaruhnya pada kondisi mereka.

Pada kebanjiran barusan ini memang tampak bagaimana kota sebagai sesuatu yang organik, sesuatu yang mempunyai daya juang dan daya tahan menghadapi berbagai fenomena. Kebanjiran tidak menyebabkan kemuraman kota tapi seakan sebagai bagian dari kehidupan. Jarang ada yang terlihat sedih atau kesusahan malah lebih banyak yang memanfaatkan
kondisi ini sebagai sarana 'rekreasi' atau 'berdagang'.

Memang ada pepatah selalu ada yang mendapatkan keuntungan dari kemalangan orang lain dan rasanya pepatah ini menjadi tidak tepat untuk kota jakarta. Kemalangan dan keuntungan menjadi nilai yang sangat labil dan relatif. Kegiatan-kegiatan menaikan harga jasa pada situasi
seperti banjir kemarin menjadi sulit untuk dinilai baik buruknya karena jangan2 memang demikian logika kota jakarta.

Saya bukan hendak mengatakan bahwa oleh karena logika seperti itu maka kita tidak usah berbuat apa2. Saya juga bukan hendak mengatakan bahwa itu adalah baik atau buruk. Saya hendak mengatakan bahwa sulit atau bahkan tidak layak untuk menilai sesuatu hanya dari sebuah perbedaan. Pahami dulu logika kota, baca kemauannya, dan perbaiki secara radikal.
Saya percaya bahwa tiap kota mempunyai dorongan hidup yang unik dan hal inilah yang harus dipahami.


Sent from my iPod

2 comments:

  1. Harus liat lagi blue print awal. Kota air rancangan planner VOC. Satu lagi, musuh utama zoning/land use planning itu korupsi. Nah, lo! :)

    ReplyDelete
  2. rasanya yang terakhir lebih signifikan dan kena dibanding cerita planner atau desain :)

    ReplyDelete