Thursday 22 May 2008

Kota vertikal, kampung horisontal

Belakangan ini muncul fenomena membangun sebuah lingkung bina yang 'melayang'. Apa yang maksud dengan melayang disini adalah perletakan lantai dasar linkung bina ini ke level yang lebih tinggi dari level tanah.

Paling tidak ada dua alasan yang menyebabkan munculnya fenomena ini. Pertama adalah berkembangnya gaya hidup yang menganut kepraktisan dengan jargonnya "...in one" dan ketidakinginan masyarakat (terutama masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas untuk menjauh dari 'pusat kota'. Terpenuhinya dua hal ini seakan dapat mempengaruhi atau menaikkan status sosial mereka.

Melihat ini para pengembang merumuskan strategi dan gimmick baru. Strategi baru ini tidak lain adalah pengembangan dari strategi mix-used building-menyatukan berbagai program didalam satu bangunan. Bedanya pada strategi baru ini program yang di`campur` adalah program yang memiliki kepadatan relatif tinggi. Bukan lagi tempat makan plus tempat belanja namun mal plus perumahan.

Hal ini akan memunculkan masalah kepadatan baru. Masalah kepadatan yang tidak lagi terlihat terkonsentrasi secara horisontal melainkan horisontal dan vertikal. Dan yang palng harus diawasi adalah masalah kepadatan ini akan lebih tidak kasat mata karena terbungkus oleh kulit bangunan.

Pemerintah sebagai pemegang kebijaksanaan perencanaan kota harus tanggap dengan kondisi ini. Cara mengamati dan strategi perencanaan kota harus segera diubah untuk menyikap fenomena ini. Strategi pengembangan seperti diatas akan mempercepat kenaikan kepadatan berkali-kali lipat yang sulit diimbangi dengan infrastruktur kota disekitarnya.

Apakah ramalah winny Mass dalam KM3 tentang universal city akan menjadi kenyataan?

No comments:

Post a Comment